Posts

Showing posts from September, 2011

Supoto Sharwono

lanjutan 2 cupu manik... Walaupun berbeda ibu, sejak kecil Lesmono sangat dekat dengan Romo. Bharoto kompak dengan adik kandungnya Satrugeno. Pengasuh Bharoto dan Satrugeno adalah emban Mantoro. Hubungan emban ini dengan Dewi Kekayi sangat dekat. Walaupun kedudukannya hanya emban, pengaruhnya sangat besar. Emban Mantoro adalah emban yang ambisius. Cita2nya tinggi. Ia menginginkan kedudukan yang lebih tinggi. Ia kemaruk harta dan kuasa. Adalah lumrah dalam kehidupan poligami, selain hubungan saling menyukai diantara istri2, sering terjadi kecemburuan, iri dan rivalitas diantara mereka. Dewi Kekayi memendam rasa iri ini. Iri kepada Dewi Susalyo yang menjadi permaisuri, iri karena anaknya tidak sehebat anak marunya. Terkadang terlintas dalam benaknya betapa bombong hatinya seandainya putranya jadi raja. Namun ia tidak bisa berbuat apapun. Romo terlalu sulit untuk ditandingi. Pada suatu hari, sang Prabu menghibur diri dengan berburu sendirian. Biasanya belum tengah har

Sesaji Aswomedo

lanjutan cupu manik... Tidak biasanya beliau tinggal di paseban sendirian. Biasanya sang Prabu jengkar mendahului semua pejabat kerajaan. Kini Rekyono Patih, menteri2, nayoko2 projo, dan semua orang sudah meninggalkan balairung. Prabu Dosoroto terhenyak disinggasananya memandang lantai paseban yang gilar2 membentang luas. Matanya menerawang kedepan, melihat alun2 dengan sepasang pohon wringin kurungnya. Prabu Dosoroto dan Permaisuri Dewi Susalyo atau Dewi Raghu menikah cukup lama tetapi belum juga punya keturunan. Hal ini merisaukan hatinya. Keturunan bukan hanya masalah pribadi tetapi sudah menjadi masalah negara karena pada waktu itu pewaris kerajaan adalah putra Raja. Apalagi Prabu Dosoroto adalah raja kawentar dari negara besar Ayudyo yang kaya raya, subur makmur gemah ripah loh jinawi. Toto titi tentrem dan kertoraharjo. Karena waktu itu belum ada bayi tabung, satu2nya jalan adalah dengan menikah lagi. Raja Ayudyo tidak tanggung2 menikahi 2 garwo ampéan yaitu Dewi

CUPU MANIK ASTAGINA

Tersebutlah alkisah sebuah pertapaan yang di Gunung Sukendra. Pertapaan itu dihuni oleh Resi Gotama dan keluarganya. Resi Gotama adalah keturunan Bathara Ismaya, putra Prabu Heriya dari Mahespati. Resi Gotama memiliki seorang kakak bernama Prabu Kartawirya yang kelak akan menurunkan Prabu Arjunasasrabahu. Atas jasa-jasa dan baktinya kepada para dewa, Resi Gotama dianugrahi seorang bidadari kahyangan bernama Dewi Windradi. Dari hasil perkawinannya mereka dikaruniai tiga orang anak Dewi Anjani, Guwarsa dan Guwarsi. Tahun berganti tahun, Dewi Windradi yang selalu dalam kesepian karena bersuamikan seorang brahmana tua, akhirnya tergoda oleh panah asmara Bhatara Surya. Terjalinlah hubungan asmara secara rahasia sedemikian rapih sehingga sampai bertahun-tahun tidak diketahui oleh Resi Gotama, maupun oleh ketiga putranya yang sudah menginjak dewasa. Akibat suatu kesalahan kecil yang dilakukan oleh Dewi Anjani, jalinan kasih yang sudah berlangsung cukup lama itu, akhirnya terbo

Prabu Duryudana

Duryudana adalah putera Prabu Destarastra di Hastinapura, ia seorang Kurawa yang tertua. Korawa atau Kurawa berarti suku bangsa Kuru. Setelah dewasa Duryudana bertahta di Hastinapura bergelar Prabu Duryudana. Kurawa meskipun bersaudara misan dengan Pandawa namun senantiasa bermusuhan, hingga terjadi perang saudara, yang disebut Baratayudha. Negeri HHastinapurapura terhitung kerajaan besar, binatara, maka waktu perang Baratayudha dapat bantuan dari kerajaan lain. Sebenarnya Prabu Duryudana seorang yang sakti, tetapi tak pernah kelihatan kesaktiannya. Dalam perang Baratayudha ia bertanding dengan Raden Wrekudara. Prabu Duryudana tak dapat dikalahkan. Tetapi ketahuan oleh Wrekudara dari isyarat yang diberikan oleh Prabu Kresna dengan menepuk-nepuk paha kiri yang merupakan kelemahannya. Setelah dipupuh (dipukul) dengan gada, paha kirinya oleh Wrekudara, tewaslah ia. Kelemahan paha ini karena waktu muda Duryudana dimandikan dengan air sakti, ada bagian paha

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

Banyak faktor penyebab gangguan pada istem pencernaan, antara lain pola makanan yang salah, infeksi bakteri, atau karena adanya kelainan pada alat pencernaan makanan. Beberapa gangguan tersebut antara lain Karies : Terjadi dalam rongga mulut pada gigi yang tidak terawat. Karies terjadi karena adanya penumpukan sisa makanan pada gigi yang difermentasikan oleh bakteri menyebabkan lubang pada gigi. Sariawan : Diawali dengan timbulnya luka kecil dalam rongga mulut. Bil tidak segera disembuhkan, sariawan dapat mengganggu pencernaan makanan di dalam mulut. Pencegahannya dilakuakan dengan mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah yang cukup. Apendisitis : terjadinya peradangan bagian apendiks ( umbai cacing ) karena infeksi bakteri. Diare : Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Feses yang sangat cair ak

PERGIWO LAN PERGIWATI

  Endang Pregiwa iku anake Arjuna lan Endang Manuhara. Dheweke duwe sedulur tunggal bapa biyung sing jenenge Endang Pregiwati. Ing lakon Pregiwa-Pregiwati, kekarone bebarengan lunga nggoleki bapakne menyang Amarta, kairingan Cantrik Janaloka minangka pangiringe. Ing tengahing laku ngupadi bapakne iku, katelune sapatemon kalawan Kurawa sing nembe ngupadi patah kembar kanggo minangkani wewaton nglamar Dewi Siti Sendari. Ancase Kurawa, Dewi Siti Sendari bakal didhaupake kalawan pangeran pati Astina sing jenenge Leksmanamandrakumara. Nalika Janaloka kacipuhan ngadhepi Kurawa ing sawijining andon yuda sing ora imbang, Endang Pregiwa banjur ngejak mlayu Endang Pregiwati, nyingkir saka papan andon yuda. Endang Pregiwa lan adhine wusana sapatemon kalawan Abimanyu. Sabanjure Abimanyu ngadhepi Kurawa sawise Janaloka nemahi pati. Lan nalika iku Gathotkaca mbiyantu Abimanyu saengga kekarone kasil ngasorake para Kurawa. Gathotkaca sing weruh Pregiwa lan Pregiwati banjur tuwuh rasa tresn

Aswatama

Duryudhana, kesatria yang sulit dikalahkan, telah berkalang tanah, dibalut debu, bersimbah darah. Bima telah menghancurkan pahanya dengan bengis, melumpuhkannya - dan para Pandawa telah meninggalkannya telantar.... Hanya tinggal satu perasaan yang membuat ketiga pengendara kuda itu bergerak : rasa sedih. Berpacu, mereka melintasi sisa utara Kurusetra, menembus hutan, menggunakan kembali jalan yang bekas ditempuh pasukan, dan akhirnya berhenti di sebuah bukit lebat. Dari sana, mereka bisa melihat ke bawah – ke perkemahan pasukan Pandawa dan sekutunya, orang-orang Pancala. Aswatama yang mulai bicara. Aku akan mengumpulkan sisa-sisa pasukan inti yang bersembunyi di jalan menuju Dwaraka - dan malam ini kita akan menyerbu masuk. Membinasakan mereka waktu tidur. Kripa dan Kartamarma hanya diam. Tuan-tuan setuju? Aswatama bertanya. Sebaiknya kita tidur dulu, jawab Kripa. Kemarahan menguasai kita kini. Besok pagi aku akan menyertaimu berperang. suaranya suara seorangyang leb